My Thoughts About Marriage

"Kapan nyusul?” pertanyaan seperti ini kerap kali aku dapatkan ketika menghadiri acara pernikahan, baik akad maupun resepsi. Mungkin bagi mereka yang bertanya, itu lumrah, dan bahkan hanya untuk lucu-lucuan saja. Aku juga menganggapnya begitu, nggak mau terlalu memikirkan tentang pertanyaan itu yang justru bisa menjadi beban pikiran.

“Kapan nikah?” satu lagi pertanyaan yang sering banget aku dapatkan dimana saja, nggak melulu di tempat orang yang lagi nikahan. Biasanya pertanyaan macam itu dilontarkan kepada orang yang secara usia sudah dianggap pantas untuk menikah. Dan lagi, saya nggak pernah menanggapi hal itu dengan serius. Cuma buang-buang energi plus waktu saja. Lebih baik, aku gunakan waktu dan energiku untuk melakukan hal-hal lain yang lebih positif dan bermanfaat. Misalnya dengan baca buku, nulis, ngerajut atau juga sekedar nonton youtube. Barangkali bagi mereka pertanyaan itu juga hal yang umum, dan lagi hanya untuk lelucon semata. Jadi ya, nggak usah dimasukkin ke hatilah.

Menikah. Menurut aku menikah itu bukan perlombaan yang harus kita ikuti, siapa cepat dia yang menang. Menikah itu juga bukan soal siapa cepat nikah berarti laku dan yang telat nikah kurang laku, dan yang belum juga nikah itu nggak laku. Semua itu adalah anggapan yang salah, dan sayangnya sudah membudaya di masyarakat Indonesia. Walau nggak semuanya begitu, namun sebagian besar orang indonesia relatif masih konservatif tentang pernikahan.

Menikah itu juga bukan soal menyatukan dua insan, laki-laki dan perempuan ke dalam satu ikatan janji suci pernikahan. bukan hanya itu, tapi menikah juga menyatukan dua keluarga besar. Dengan background yang tentunya berbeda. Bisa beda agamanya, budayanya, beda asal daerahnya, juga beda sukunya. Jadi, stop asking about marriage to people. Especially, to strangers. You don’t have right to do.

Berbicara masalah pernikahan itu memang nggak ada habisnya. Akan panjang bahasannya. Sebelum menikah pun banyak hal yang harus dipersiapkan. Contohnya terkait finansial, dan juga mental. Menurut aku yang paling penting harus dipersiapkan sebelum menuju langkah pernikahan adalah mental. Setiap orang pasti menginginkan menikah sekali seumur hidup. Dan untuk menerima pasangan kita baik kekurangan maupun kelebihannya, kita harus siap mental men. Kalau uang bisa dicari bareng-bareng, tapi mental harus dibangun dan dipersiapkan sedini mungkin, supaya nantinya kita nggak kaget.

Menurutku, kedewasaan seseorang itu nggak bisa diukur hanya berdasarkan usia seseorang. Tetapi, kedewasaan seseorang itu diukur berdasarkan kematangan cara berfikirnya. Bagaimana dia mengendalikan emosi, bagaimana caranya menghadapi dan menyelesaikan masalah, dan lain-lain. Nggak heran kan kalau sekarang banyak yang secara usia harusnya mereka sudah pantas untuk menikah, tetapi mereka belum juga menuju ke arah sana. Secara finansial mereka sudah mapan, tetapi mungkin secara mental mereka belum siap.

Lagi, menikah itu pasti punya tujuan. Untuk menyempurnakan separuh agama kalau dalam Islam, untuk membangun peradaban, mendapatkan keturunan, karena ingin hidup bersama orang yang terkasih, dan masih banyak lagi. Kehidupan pasca menikah tentunya akan berbeda dengan kehidupan pra nikah. Awalnya kita tinggal sendiri, tinggal bareng orang tua, awalnya kita cuma ngurus diri sendiri, atau juga ngurusin orang tua yang jadi prioritas. Tapi, setelah menikah kewajiban kita bertambah dengan kewajiban mengurus suami/istri.

Kemudian, setelah menikah tentu ingin memiliki keturunan. Di sini yang menurut aku membutuhkan kesiapan mental yang bener-bener matang dan luar biasa. Untuk menjadi orang tua itu nggak gampang, dan nggak ada sekolahnya. Yah, walaupun sekarang ini udah mulai banyak bermunculan sekolah orang tua. Tapi kebanyakan sih hanya ada di kota-kota besar. Kalau di daerah pedesaan belum ada, jadi kebanyakan orang just learning by doing untuk menjadi orang tua. Itulah sebabnya yang belum menikah hendaklah mempersiapkan diri dengan belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik untuk anak-anaknya kelak, bisa dengan ikut sekolah orang tua, dateng ke kajian ataupun seminar parenting, atau kalau yang nggak mau ribet harus hadir korban waktu dan tenaga bisa dengan baca buku tentang parenting, atau bisa juga baca artikel di internet. Sekarang ini udah banyak kok situs-situs yang membahas masalah pernikahan dan parenting.

Setelah punya anak, bukan berarti tugas kita sebagai orang tua hanya melahirkan, membesarkan, dan juga memberikan materi, tapi tugas kita juga harus menyekolahkan dan mendidiknya dengan baik dan benar. Jangan sampai kita nanti setelah menjadi orang tua salah cara mendidik anak. Anak itu ibarat kertas putih, yang bisa ditulisi ataupun dicoret-coret menggunakan tinta warna apa saja sesuka hati. Mau dijadikan baik atau buruk itu ada di tangan orang tuanya.

Jadi, nikah itu nggak harus dulu-duluan juga jangan ditunda-tunda kalau memang sudah siap. Kalau belum siap, ya siapkan diri dulu, pantaskan diri dulu. Memang sih banyak juga yang memutuskan untuk menikah muda, tapi di balik itu pasti ada alasan tertentu dan juga aku rasa mereka sudah bener-bener siap untuk menikah baik siap secara materi maupun mentalnya. Hal seperti itu bukan berarti harus kita tiru, kita juga harus berkaca pada diri sendiri, dan bertanya kepada diri kita “sudah siapkah kita untuk menjadi istri/suami, untuk menjadi orang tua bagi anak-anak kelak?” kalau belum yakin, ya jangan baper (terbawa perasaan).

Bukan aku nggak mau nikah, semua orang pasti ingin menikah. Begitu pun aku, tapi nanti ketika aku merasa sudah siap untuk menikah dengan orang yang menjadi jodohku. Entah itu kapan, yang pasti jika sudah tiba waktunya aku untuk menikah, aku pasti akan menikah. Banyak orang yang di usiaku saat ini sudah menikah, bahkan sudah punya anak. Teman-teman sebayaku juga rata-rata sudah menikah dan punya anak, apalagi yang perempuan. Kalau yang laki-laki mereka masih banyak yang belum kepikiran untuk nikah, karena ya taulah sendiri tanggung jawab laki-laki itu berat. Harus nyari nafkah untuk keluarganya, harus jadi kepala rumah tangga, harus memastikan keluarganya nggak kelaperan, nggak kepanasan dan kehujanan. Belum lagi biaya pernikahan yang terus naik setiap tahunnya. Karena sesederhana apapun pernikahan pasti butuh biaya yang nggak sedikit.

Pokoknya banyak banget deh yang harus dipertimbangkan sebelum nikah. Walaupun usiaku kini udah hampir 23 tahun, tapi aku masih merasa belum siap untuk jadi istri juga jadi ibu untuk anak-anakku nanti. Karena menurutku jadi ibu itu juga tanggung jawabnya nggak kalah beratnya dari tanggung jawab seorang ayah. Harus siap mengandung selama 9 bulan 10 hari, kemudian melahirkan entah itu normal ataupun operasi, setelah itu menyusui, mendidik anak, ngurus rumah tangga, bla bla bla.

Seorang ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya, jadi ibu itu harus cerdas dituntut untuk menjadi perempuan yang multitalenta. Selain jadi ibu, perempuan juga harus bisa jadi guru, jadi sahabat, jadi koki dan masih banyak lagi. Itulah sebabnya, perempuan harus berpendidikan dan berilmu, supaya nantinya juga bisa melahirkan generasi penerus yang cerdas dan berakhlak.

Sekarang bukan zamannya Siti Nurbaya ataupun RA. Kartini, zaman dimana gerak perempuan itu dibatasi. Perempuan dilarang untuk bersekolah tinggi, perempuan hanya disuruh menikah, ngurus suami, ngurus rumah, dan ngurus anak. Sekarang zaman sudah berubah, dalam Islam juga tidak ada larangan yang melarang perempuan untuk bersekolah setinggi-tingginya. Yang terpenting adalah, setinggi apapun jabatannya ataupun gelarnya perempuan harus tetap memahami kodratnya sebagai perempuan, jangan sampai melanggarnya. Di era modern seperti sekarang ini masih banyak orang tua yang berpikiran bahwa anak perempuan itu tidak harus sekolah tinggi-tinggi, karena ujung-ujungnya nanti juga berakhir di dapur.

Beruntungnya aku punya orang tua yang berpikiran terbuka, mereka nggak pernah menuntut aku untuk segera menikah walaupun usiaku kini sebenarnya sudah cukup untuk menikah. Menurut mereka sekarang zamannya sudah beda, perempuan juga harus berpendidikan, punya karir, walaupun nanti setelah menikah dia harus mengikuti kodratnya sebagai perempuan, menjadi istri sekaligus ibu untuk anak-anaknya.

Jadi, menikah itu bukan hal mudah untuk dilaksanakan. Bukan perlombaan yang harus dimenangkan. Menikah itu ibadah, jadi kalau kalian ingin melakukan ibadah dengan sebaik-baiknya pasti butuh persiapan yang matang. Nggak bisa asal-asalan, apalagi dadakan. Bagi yang  belum siap ya lebih baik persiapin diri dulu, biar nantinya nggak akan ada penyesalan. Bagi yang sudah siap ya silahkan disegerakan, jangan ditunda-tunda.

Untuk kalian yang masih setia menanti jodoh, bersabarlah. Allah tidak hanya menciptakan siang tapi juga malam. Allah tidak hanya menciptakan matahari tapi juga bulan. Dan Allah juga tidak hanya menciptakan Yusuf tapi juga Zulaikha sebagai teman hidup, begitu juga kita semua Allah ciptakan berpasang-pasangan. Percayalah bahwa janji Allah itu pasti, serahkan semuanya sama Allah. Nggak usah galau-galau karena sering dikatain jomblo, jomblo juga manusia yang berhak hidup dan bukan spesies yang harus ditakuti. Thanks!

JJJJJ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyesel Kuliah, Salah Jurusan?

Negeri Jungkir Balik Part 2