Negeri Jungkir Balik Part 2
Baru-baru ini negeriku yang
tanah surga, katanya. Sempat dihebohkan oleh kelakuan beberapa sejoli yang
dengan sengaja membuat kekacauan di negeriku tercinta ini. Sungguh aneh tapi
nyata, takkan terlupa. Begitulah lirik lagu penyanyi legendaris Almarhum Chrisye.
Ya, aneh tetapi nyata adanya. Peristiwa yang menghebohkan seluruh masyarakat
Indonesia.
Peristiwa pertama yaitu
kisah tiang listrik dan seorang lelaki paruh baya yang belakangan diketahui
namanya adalah pak Es’en. Entah apa yang membuat berita ini menjadi viral di
mana-mana, baik di dunia nyata, dunia maya, maupun di dunia ghaib. Kabar yang beredar
bahwa tiang listrik dengan sengaja menabrak pak Es’en hingga tak sadarkan diri,
katanya. Lalu pak Es’en dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan
intensif, karena katanya si korban menderita gegar otak dan luka yang teramat
sangat parah. Dulu pak Es’en juga sempat dirawat di rumah sakit karena
sakit yang teramat sangat parah hingga koma yang tak kunjung bertitik,
katanya.
Dan belum lama ini saya
baca berita di media sosial pak Es’en hilang ingatan alias amnesia, katanya.
Pengacara pak Es’en juga mengatakan bahwa ada benjolan di kepala pak Es’en
sebesar bakpao akibat benturan saat terjadi peristiwa naas tersebut. Menurutnya
pak Es’en amnesia jadi lupa segala-gala-galanya, termasuk namanya siapa,
rumahnya dimana, warganegaranya apa dan sebagainya. Yaa saya mendoakan semoga
pak Es’en tidak lupa sama Tuhan ya pak.
Perlu publik ketahui bahwa
ternyata pak Es’en ini merupakan aktor dalam negeri yang sangat pandai
berakting, bahkan sampai mengalahkan banyak aktor baik dari dalam negeri maupun
luar negeri. Soal jam terbang jangan diragukan lagi, pak Es’en sudah
malang-melintang di dunia akting di dalam negeri hingga luar negeri. Jadi wajar
saja jika pak Es’en sudah sering bepergian kemana-mana dengan sembunyi-sembunyi
karena pak Es’en ini malu untuk bertemu dengan paparazi dan
diliput media. Patut diacungi jempol tangan dan jempol kaki bakat pak Es’en
ini. Berbagai drama sudah ia bintangi dengan sangat baik. Mulai dari drama
‘Papa Minta Saham’ hingga yang terakhir drama ‘Ekatepe’. Karirnya melejit saat
ia membintangi drama seri berjudul ‘Lari dari Kenyataan”.
Kita tentu penasaran ya
dengan akhir cerita dari drama-drama pak Es’en, karena drama ‘Ekatepe’ dan
‘Lari dari Kenyataan’ saat ini masih dalam proses. Episode terakhir saya sempat
melihat tayangannya bahwa pak Es’en ditetapkan sebagai tersangka. Wah, pasti
semakin seru ceritanya.
Peristiwa kedua yang sempat
menghebohkan negeri ini adalah tentang seorang publik figur, ia merupakan host dan
presenter wanita yang lumayan terkenal, yang bernama mbak Er’en. Satu tahun
yang lalu mbak Er’en ini seperti yang kita ketahui, dia memutuskan untuk hijrah
dan mengenakan hijab. Namun beberapa minggu lalu saya denger mbak Er’en ini
menanggalkan hijabnya, dengan dalih bla bla bla.
Keputusan untuk berhijab itu memang tidak mudah. Mempraktikkannya pun tidak segampang teorinya. Butuh keyakinan, butuk kepercayaan, dan juga tekad yang kuat. Tetapi, kembali lagi ke aturan agama, karena bagi seorang wanita muslim yang sudah baligh (dewasa) memakai hijab itu adalah kewajiban. So, mau nggak mau, suka nggak suka, ikhlas nggak ikhlas ya harus dilakukan. Seperti firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
So, perintah
untuk berhijab itu datangnya dari Allah, bukan dari manusia. Banyak muslimah
yang menunda-nunda hijabnya dengan berbagai alasan, karena belum siap lah,
karena tuntutan pekerjaan lah, mau meng-hijabi hati dulu lah, dan
sebagainya. Well, untuk urusan dunia kita kadang nggak pernah
nawar, but why? Untuk urusan akhirat kita sering banget
nawar. Ini sangat unfair guys buat Allah dan buat diri kita
sendiri. Allah itu udah ngasih banyak hal yang kita butuhkan, but kita
diminta untuk mengerjakan hal kecil yang memang itu baik untuk kita kita nggak
mau.
Banyak juga muslimah yang
bilang kalau berhijab itu pilihan. Jadi, terserah mau berhijabnya kapan, atau
mau bongkar-pasang kayak puzzle juga nggak masalah, itu kan
hak orang. Fine, semua manusia punya hak masing-masing. Tapi, kita
juga harus inget bahwa selain hak ada juga kewajiban. Hak dan kewajiban,
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebelum kita menuntut hak
pasti kita harus menunaikan kewajiban terlebih dahulu.
Kita ini sering kali
menuntut hak, dan seringkali tanpa sadar atau bahkan dengan sadar melalaikan
kewajiban. Entah itu kewajiban sebagai manusia, sebagai umat beragama, sebagai
warganegara, sebagai seorang anak, orang tua, dosen, guru dan sebagainya.
Saya nggak tau asal-muasal
kata meng-hijabi hati itu datangnya dari mana, dan bagaimana cara melakukannya?
Saya bingung, kok bisa ya hati dihijabin gitu? Untuk orang yang terlahir
sebagai seorang muslim, itu memang bukan pilihan, bukan pula keinginan orang
tersebut. Tetapi Allah yang menginginkan, karena ketika Allah pilihkan kita
sebagai seorang muslim sedari lahir, dan nenek moyang kita pun muslim, itu
adalah yang terbaik dan kita wajib mensyukurinya bukan menyesalinya. Dan
konsekuensi sebagai seorang muslim adalah menjalankan semua perintah Allah
serta menjauhi segala larangan-Nya. Saya rasa kalimat seperti ini sudah tidak
asing lagi, bahkan sudah berulang kali saya dengar mulai dari saya TK. Guru
ngaji dan guru agama saya di sekolah dulu selalu mengingatkan saya dan
teman-teman muslim saya lainnya akan hal itu.
Kemarin saya sempat
mendengar bahwa mbak Er’en ini bilang bahwa hijab itu pilihan saya, jadi mau
saya pakai atau saya lepas itu juga pilihan saya. I think, mbak Er’en
ini perlu mengklarifikasi akan hal itu, bahwa hijab itu kewajiban bagi muslimah
bukan pilihan. Hijab itu identitas diri seorang muslimah, supaya mudah untuk
dikenali dan dibedakan. Dan mbak Er’en juga harus mengakui bahwa apa yang dia
lakukan dengan memakai hijab kemudian melepasnya, itu juga salah. Supaya ke
depannya tidak ada lagi mbak Er’en mbak Er’en lain yang memakai hijab kemudian
melepasnya.
Sometimes, saya
malu dengan orang-orang yang tidak terlahir sebagai seorang muslim tetapi di
kemudian hari mereka mualaf, menjadi muslim, bahkan lebih baik imannya dan
ketaatan dari orang-orang yang terlahir sebagai muslim. Saya pernah membaca
beberapa kisah dari para mualaf. Banyak hal yang membawa mereka menuju Islam,
mulai dari yang awalnya anti Islam atau Islamophobia, ada yang
awalnya pecandu narkoba, tersandung kasus kriminal dan sebagainya. Mereka
sangat bahagia, sangat bersyukur telah dipertemukan dengan Islam. So,
kita yang terlahir sebagai muslim harus bangga dan lebih bahagia bahkan lebih
bersyukur lagi.
Sebenarnya sebelum kisah
mbak Er’en seorang publik figur yang buka jilbab, ada banyak publik figur lain
melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan mbak Er’en ini. Bahkan ada
juga yang sampai berpindah keyakinan. Itu sih terserah mereka, toh konsekuensinya
nanti mereka sendiri yang menanggung. Tetapi, itu sangat tidak dibenarkan.
Lucu, aneh, miris juga kok negeri ini seperti jungkir balik. Ada yang nonmuslim
jadi mualaf dan masuk Islam, tapi yang udah muslim dari lahir malah jadi
murtad. Ada yang muslim tapi membenci sesamanya, dan sebagainya.
Hijrah itu mudah, istiqomah
itu yang susah. Untuk para muslimah termasuk saya sendiri juga, untuk yang
sudah berhijab mantapkan lagi hati kita, luruskan niat kita berhijab hanya
untuk Allah bukan karena ikut-ikutan trend, atau yang lain. Untuk yang belum
berhijab atau yang sudah berniat untuk berhijab, segerakan. Jangan menunggu
nanti, karena umur manusia hanya Allah yang tau. Mending kepaksa untuk taat
daripada kepaksa untuk maksiat. Dan untuk kita semua jangan pernah berhenti
mencari tahu kebenaran dan jangan pernah berhenti untuk belajar, ya.
JJJJJ
Komentar
Posting Komentar